Satu Omong Kosong Lain tentang Cinta (Love)

Dalam wawancaranya dengan Marva Journal, Gaspar Noe, dengan entengnya mengatakan “Di film selanjutnya, saya berharap tiap lelaki yang menonton bisa ereksi dan tiap perempuan get wet.” (Oke, saya tak bisa menerjemahkan “get wet” itu). Ia merujuk pada sebuah film yang ditulisnya, Love. Love memang film penuh adegan vulgar persetubuhan, baik antara Murphy dan Omi, Murphy dan Electra, maupun hubungan three-some mereka. Namun mengingat film ini diputar di Festival Film Canes 2015, saya merasa orang berbudaya dan terpelajar ‘diwajibkan’ menonton film ini tanpa terprovokasi berahinya.
Namun begitu saya iseng melihat wawancara Gaspar Noe, saya merasa bahwa film ini secara tak langsung masuk dalam hitungan, jika pornografi adalah “penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi” seperti kata KBBI. Lukisan bergerak ini membuat kau tegang pada kisah cinta Murphy dan Electra, sekaligus tegang pada aksi berahiah yang tidak digambarkan dengan samar-samar seperti film-semi pada umumnya. Di menit pertama, kau sudah pasti akan mengambil kesimpulan bahwa ini film bokep, karena adegan persetubuhan Murphy dan Electra sangat vulgar, dimana gambar dengan terang benderang menunjukkan posisi penis Murphy dalam genggaman Electra; mirip adegan-adegan yang bisa kita temukan dalam bokep-bokep HD bikinan X-ART. (Dalam film semi pada umumnya, penis hampir tak ditunjukkan. Vagina lebih banyak ditunjukkan dan itu saya lihat sebagai usaha pemenuhan hasrat berahi egois kaum lelaki yang selalu berusaha mengeksploitasi). Hanya jalan ceritanya yang panjang dan kadang memang membosankan ketika harus melihat Murphy bergerak dengan sangat lamban sambil terus berbicara pada dirinya sendirinya.

Continue reading